Pages

Rabu, 13 Maret 2013

street art

Akhirnya, tanpa direncanakan saya jadi juga melihat Bangkok living art festival. Menarik juga melihat pameran lukisan 3D yang bertempat di fasilitas publik (jalan). Berikut saya share beberapa gambar yang saya abadikan, sayangnya saya tidak mencatat nama senimannya.


bersambung

Selasa, 12 Maret 2013

Terinspirasi dengan film suatu pagi di Victoria Park, taman tersebut masuk dalam list places to visit. Saya pikir, akan kurang lengkap jika mengunjungi Hongkong dan melewatkan pergi ke Victoria Park. Victoria Park adalah taman terluas di Hongkong, taman ini juga menjadi tempat berkumpul para TKI yang ada di Hongkong. 

Pagi-pagi saya meninggalkan penginapan dan menuju stasiun Tsim Sa Tsui, naik MTR ke stasiun Admiralty dan pindah jalur ke stasiun Tin Hau, lalu keluar dari exit A1 dan jalan kaki menuju Victoria Park. Meskipun masih pagi, sudah ada yang datang ke taman ini. Tak lama kemudian saya mendengar suara-suara yang tak asing dengan menggunakan bahasa Indonesia. Selain menjadi tempat berkumpul para TKI, di taman ini kita juga bisa makan masakan Indonesia yang dijual oleh para TKI tersebut. Sebenarnya tidak diperbolehkan untuk menggelar dagangan di taman tersebut, namun banyak yang mencuri-curi untuk menjual dagangannya. Pagi ini saya membeli semangkuk bakso sambil berbincang dengan pembeli yang lainnya. Ternyata banyak dari mereka yang sudah lama tinggal di Hongkong. 

Senin, 11 Maret 2013

Seperti biasa, saya memulai hari saya pagi-pagi, dan saya menuju ke Victoria Peak atau yang lebih dikenal dengan nama the peak. Untuk ke sanadapat menggunakan MTR dan turun di Admiral (exit C 1) atau Central MTR Station, lalu menggunakan bus no. 15. Pemandangan sepanjang jalan cukup menarik. Ketika saya sampai di the peak, udaranya cukup dingin dan berkabut, hasilnya foto saya tidak terlalu bagus juga. Namun ini adalah tempat kesukaan saya sepanjang saya berada di Hongkong, mungkin karena saya suka pemandangan alam dan jalan kaki. Saya berjalan di walking trailnya, namun hanya 600 meter (pp: 1.2 km), mengingat tidak banyak waktu yang saya punya. Jika kebanyakan di Hongkong banyak bangunan-bangunan pencakar langit, maka di sini anda bisa melepas lelah sejenak melihat pemandangan alam. Ada cafe di the peak, sayang saya tidak ke sana, saya memilih untuk melihat pemandangan di Pacific Cafe dan menikmati hot chocolate.  

cafe di the peak

walking trail di the peak

Minggu, 10 Maret 2013

Pagi-pagi, saya sudah berangkat dari penginapan saya dan menuju ke Ngok Ping. Dari Tsim Sha Tsui MTR station menuju ke Chung Station, keluar melalui exit B. Ada 2 alternatif menuju Ngok Ping, yaitu menggunakan bus no 23 atau Ngok Ping Cable Car. Karena waktu itu saya sampai di sana masih cukup pagi, jadi saya menggunakan bus 23, selain tentu saja menggunakan, bus lebih murah daripada cable car. 


Sabtu, 09 Maret 2013

Shuttle bus dari bandara mulai beroperasi jam 10 pagi. Jika ingin memulai hari lebih pagi, saya sarankan menggunakan bus umum. Tarif bus umum ini adalah 4.2 MOD yang dibayarkan di kotak di dekat sopir. Ada beberapa petunjuk tentang jenis bus serta objek wisata yang dilalui bus tersebut. Cukup membantu! Saya menunggu shuttle bus tiba sambil berselancar di dunia maya serta menikmati makan pagi saya (roti yang saya beli di seven eleven, seven eleven baru buka sekitar pukul 9 pagi). Bus yang pertama datang adalah the Venetian, sebenernya saya mau ke pusat kota (dengan shuttle bus dari Wynn atau Grand Lisboa) tapi karena bus yang saya inginkan belum datang, akhirnya saya ke the Venetian. Untuk menuju Wynn atau Grand Lisboa, dari the Venetian ke West Lobby dan menggunakan shuttle bus ke Macau Ferry Terminal, di sana baru berganti ke bus hotel yang dimaksud. Sekali lagi, semuanya gratis. Dari Grand Lisboa, saya berjalan menuju ke senado square. Senado Square cukup ramai, dan di sekitaran Senado Square ada beberapa tempat yang bisa dikunjungi. Misalnya Holy House of Mercy, yang merupakan museum amal yang menampilkan benda-benda bersejarah dari seni religious. Buka setiap hari kecuali hari Minggu dan hari libur, jam 10.00 - 13.00, 14.30 - 17.30. Ruins of Paul (gratis). Museum of Sacred Art and Crypt, terletak di belakang Ruins of St. Paul. 

Senado Square

Jumat, 08 Maret 2013

Akhirnya jadi juga rencana buat backpacker ke Macau dan Hongkong. Tiketnya sudah saya beli sejak tahun lalu, dan sempat berpikir untuk membatalkannya karena thesis, konferensi dan magang. Namun akhirnya jadi juga.. meski saya harus mengubah jadwal kepulangan (dari semula tanggal 5 menjadi tanggal 3 Maret). Dan tentunya, harus merogoh kocek lagi, semula harga tiket pp 3,900 THB, karena merubah tiket harus menambah 1,100 THB. Dan ini adalah solo backpacker saya kedua di tahun ini.

Perjalanan Bangkok - Macau memakan waktu kira-kira 3 jam, dan Macau 1 jam lebih dahulu dibanding Bangkok. Seperti yang sudah direncanakan, saya menginap di bandara (hasil pencarian di internet menunjukkan bahwa saya bisa bermalam di sana). Lumayan, bisa mengurangi budget, mengingat harga penginapan di Macau cukup mahal. Semakin malam, banyak orang yang melakukan hal yang serupa. Bandara Macau cukup nyaman, ada beberapa kursi yang bisa dijadikan tempat untuk tidur dan juga fasilitas wifi (namun akan terputus dan harus menyambungkan lagi setiap 45 menit). Karena saya sampai di sana pukul 5 sore, jadi saya berpikir untuk menjelajah kota sebentar. Ada fasilitas shuttle bus yang disediakan hotel-hotel di Macau yang bisa dimanfaatkan, dan tentunya gratis. Saya naik bus Venetian dan menjelajah the Venetian. Selama di sana, ada banyak orang Indonesia yang saya temui, namun saya hanya bersapa dengan beberapa di antaranya. Mengitari the Venetian ini mengingatkan saya pada salah satu adegan di drama F4, ketika Sanchai naik gondola bersama Dau Ming Tse. Untuk naik gondola, harga yang ditawarkan adalah 100 dollar , namun saya tidak mencobanya karena mahal (akhirnya belum juga kesampaian naik gondola, ketika di Venezia saya juga tidak melakukannya dengan alasan yang sama).

Akhirnya jadi juga rencana backpacker ke Macau dan Hongkong. Tiketnya sudah dibeli sejak tahun lalu, dan sebetulnya sempat berpikir untuk membatalkan karena thesis, konferensi dan magang. Namun akhirnya jadi juga.. meski saya harus mengubah jadwal kepulangan (dari semula tanggal 5 menjadi tanggal 3 Maret). Tentunya, harus merogoh kocek lagi, semula harga tiket pp 3,900 THB, karena merubah tiket harus menambah 1,100 THB. Ini adalah solo backpacker saya kedua di tahun ini.

Perjalanan Bangkok - Macau memakan waktu kira-kira 3 jam, dan Macau 1 jam lebih dahulu dibanding Bangkok. Seperti yang sudah direncanakan, saya menginap di bandara (hasil googling, bisa bermalam di bandara). Artinya, saya bisa mengurangi budget trip ini karena harga penginapan di Macau cukup mahal. Semakin malam, banyak orang yang melakukan hal yang serupa. Bandara Macau cukup nyaman, ada beberapa kursi yang bisa dijadikan tempat untuk tidur dan juga fasilitas wifi (namun akan terputus setiap 45 menit). 

Saya sampai di Macau pukul 5 sore, jadi bisa menjelajah kota sebentar. Dari Bandara ke kota Macau cukup mudah karena ada fasilitas shuttle bus yang disediakan hotel-hotel dan casino di Macau yang bisa dimanfaatkan, dan tentunya gratis. Saya naik bus Venetian dan menjelajah the Venetian. Selama di sana, ada banyak orang Indonesia yang saya temui, hanya bersapa dengan beberapa di antaranya. Mengitari the Venetian ini mengingatkan saya pada salah satu adegan di drama F4, ketika Sanchai naik gondola bersama Dau Ming Tse. Harga yang ditawarkan untuk naik Gondola adalah 100 dollar, saya tidak mencobanya karena mahal (akhirnya belum juga kesampaian naik gondola, ketika di Venezia saya juga tidak melakukannya dengan alasan yang sama).

patung di dekat lobby utama the Venetian

in somehow, it reminds me of the memory in Venezia, Italy. I miss that city a lot


pertunjukan musik

Orang Indonesia yang saya temui di the Venetian menanyakan apakah sudah menonton pertunjukkan house of dancing water di City of DreamTertarik dengan gambaran merekasaya menuju ke City of Dreamsada shuttle bus gratis di West lobby tapi sebenarnya City of Dreams bisa ditempuh dengan jalan kaki, karena letaknya di depan the Venetian (melalui lobby utama). Sayangnya saya terlambat untuk ke sana, karena pertunjukkan selesai pukul 19.00 dan untuk melihatnya, lebih baik pesan tiket terlebih dahulu. 

Saya kemudian ke Galaxy yang juga tidak terletak jauh dari the Venetian. Ada shuttle bus gratis yang disediakan. Jika mau berjalan kaki bisa jugadari west lobby the Venetian kemudian berjalan kurang lebih 5 menit. Saya hanya di lantai dasar Galaxy dan melihat fortune diamond serta pertunjukkannya. Iseng-iseng melihat beberapa koin yang dijatuhkan di situ, saya ikut juga menjatuhkan recehan THB saya.

Fortune of Diamond @ Galaxy
saat pertunjukkan, fortune diamond akan bercahaya

Shuttle bus dari the Venetian ke bandara terakhir beroperasi jam 11 malam, karena takut tidak mendapatkan tempat, saya kemudian bergegas menuju shuttle bus ke bandara (ada di main lobby). Perjalanan saya di hari pertama hanya mengeluarkan uang untuk membeli makanan di Mc D yang ada di bandara.


Fountain show at Wynn Hotel Macau
Sunday to Friday: 11:00 am to 9:45 pm
Saturday and eve of public holiday: 11:00 am to 10:45 pm
Each show lasts approximately three minutes and runs alternately at 15 minutes intervals

Fortune of Diamond at Galaxy Hotel
Galaxy Hotel Lobby at the Cotai Strip
Sunday to Thursday: 10 am - 12 am
Friday to Saturday: 10 am -2 am


Jumat, 08 Februari 2013

Catper: Medan dan Danau Toba

Hari Pertama
Saya memutuskan untuk backpacker ke Medan dan Danau Toba sebelum berangkat ke Bangkok. Dari Pekanbaru saya menggunakan pesawat ke Medan, sebelumnya saya berniat naik bus sebagaimana perjalanan saya dari Medan ke Pekanbaru, namun karena saya baru sembuh dan ingin mempercapat waktu perjalanan akhirnya saya naik pesawat, untung ada promo. Ini adalah solo backpacker saya pertama di Indonesia, kata kawan saya untungnya kalau solo backpacker di Indonesia, paling tidak orang-orangnya bisa berbahasa Indonesia. 

sampai di bandara Medan sudah malam, jadi saya memutuskan untuk langsung ke penginapan, hasil berselancar di internet saya memutuskan menginap di Residence Inn. Harga taksi di Bandara Medan sudah tetap dan tidak ada argonya. Dari Bandara ke hotel, biaya taksi IDR 60,000. Hotelnya lumayan, ada fasilitas laundry dengan harga yang cukup murah IDR 5,000/ kg dan harga makanan di restorannya pun lumayan murah (tapi tidak termasuk sarapan pagi). Ada fasilitas wifi, namun hanya ada di restoran tidak di kamar. Kamarnya lumayan, namun saya menemukan ada kecoa di situ dan colokan kabel hanya 1.