Pages

Senin, 31 Januari 2011

menelusuri kota tua Ayuthaya


Tertarik mengetahui sejarah Thailand? jangan lupa berkunjung ke Ayuthaya. Di masa lampau kota ini menjadi ibukota Thailand sebelum kemudian dikuasai Birma.

Ada beberapa cara menuju Ayuthaya. Dari AIT bisa ke stasiun Chiang Rak (20 THB), perjalanan ditempuh kurang lebih 1,5 jam. Kereta apinya mengingatkan saya pada kereta api ekonomi di Indonesia. Begitu tiba di stasiun, akan banyak sopir tuktuk yang menawarkan jasanya. Bila anda tidak ingin capek, bisa menggunakan jasa tuktuk, namun tentu saja karena tidak sesuai dengan prinsip ekonomis, kami menolak tawaran sopir tuktuk. Dari stasiun, anda bisa berjalan menuju sungai untuk menyeberang (3-4 THB). selanjutnya bisa menyewa sepeda di cafe yang tidak jauh dari tempat anda berhenti (40 THB). Karenanya, sangat disarankan untuk datang pagi-pagi, rental sepedanya hanya hingga pukul 18.00. Alternatifnya, dari Future Park bisa naik van ke Ayuthaya (maaf tidak tahu biayanya).

Sejauh mata memandang, rasanya yang ada adalah temple dan temple. Untuk dapat mengunjungi semua temple anda bisa membeli tiket terusan seharga 500 THB, sementara jika anda ingin membeli secara terpisah di setiap temple, harga tiket 50 THB untuk foreigner.

Wat Phra Mahathat

Admission 50 THB. Rasanya ke Ayuthaya belum lengkap jika belum mengunjungi temple ini. Hal yang menarik dari temple ini adalah patung kepala Budha terbelit diantara akar-akar pohon. Selain itu ada beberapa stupa dan patung-patung Budha di sana. Menariknya di salah satu sisi terdapat beberapa patung Budha tanpa kepala. Beberapa bangunan di situ pernah saya lihat di Ancient Siam, tentu saja dalam keadaan yang lebih bagus (mengingat hanya replika saja, sementara di Ayuthaya terlihat hanya puing-puing saja).

Wihaan Phra Mongkhon Bophit

Admission fee: free.

Senin, 17 Januari 2011

Perjalanan dari Siem Reap ke Pnom Phen ditempuh dalam jangka waktu 7-8 jam dengan bus. Di Pnom Phen, kami agak kurang beruntung, karena beberapa penginapan sudah full. Akhirnya kami menginap di Home Town Hotel, dengan tarif kamar USD 21 untuk 3 orang (7 each). Hotelnya lumayan nyaman dan fasilitas lumayan lengkap (not include breakfast).


Keesokan paginya, dengan menggunakan tuk-tuk, kami mengelilingi Pnom Phen. Sebelumnya, kami makan di Khmer Saravan, yang letaknya tidak jauh dari river bank. Makanananya lumayan dan sedikit mahal sih. Saya meesan nasi goreng seafood. Cambodia memiliki sejarah kelam, ya siapa yang tak tahu Pol Pot, yang pernah memimpin Cambodia dan membunuh banyak orang? Sebagaimana yang disarankan pemilik Warung Bali, kami pergi ke S21 terlebih dahulu. S21 merupakan camp penahanan bagi Cambodian yang dianggap berbahaya oleh pemerintah pada saat itu. Biaya masuk USD 2. Gambar disebelah merupakan gambar sel yang pada zaman dahulu digunakan sebagai sel tahanan perempuan. Berbeda dengan sel tahanan laki-laki yang terbuka, sel tahanan perempuan diberi pintu (mengingat tahanan dalam keadaan tidak menggunakan pakaian).

Kamis, 13 Januari 2011

traveler's note: phuket

Akhirnya kesampaian juga ke Phuket. Dari Bangkok menuju Phuket bisa menggunakan Bus (pemberangkatan dari Southern Bus Station). Lebih lengkapnya, untuk scedule bisa dibaca di sini. Tapi jika tidak menggunakan bus pemerintah, harganya bisa lebih murah lagi. Namun, tentu saja fasilitasnya masih lebih bagus bus pemerintah (apalagi untuk soal makan). Bangkok-Phuket ditempuh selama 12 jam. Alternatif lainnya, tentu saja naik pesawat kurang lebih 1 jam. Dan naik kereta api ke Hualampong dan lanjut dengan naik bus. Kalo yang terakhir ini saya nggak tau dengan pastinya.

Saya menggunakan bus pukul 06.00 dan sampai Phuket bus station pukul 19.00. Harga tiket 676 THB dan bus berhenti 1 kali untuk lunch (free lunch), serta ada fasilitas bantal kecil, selimut, kue dan air minum. Karena sampai di terminal Phuket sudah malam, jadi saya menggunakan ojeg menuju ke patong (250 THB). Jika sampai pagi atau siang, bisa menggunakan bus.

Saya memang memutuskan untuk menginap di Patong. Saat itu sedang peak season (7-11 januari), jadi banyak hotel yang penuh dan tarifnya juga tinggi. Hari pertama menginap di hotel beu.... di Rat-u-thit. Harga kamar 600 THB (van, refrigerator, balcony). Sementara hari kedua, menginap di Odin's Guest House di 51 Rat-u-thit, harga kamar 500 (van), harga kamar ac 600 THB namun jika menginap lebih dari 1 hari, mungkin dapat lebih murah lagi. Hanya saja, kasurnya keras. Beberapa penginapan lain, yang disarankan di beberapa blog dan kaskus, full dan harganya juga cukup mahal. Paling murah my dream hotel (700 THB) yang lokasinya di belakang hotel ibis. Fasilitas sudah dengan aircon, namun kamarnya kecil. oya, jangan lupa pas cari hotel untuk nawar, bisa kok ditawar.

Dari hotel tersebut hanya butuh kurang lebih 5 menit jalan kaki menuju patong beach. Jika ingin ke Patong beach, lebih baik di pagi hari, jadi belum rame karena semakin siang semakin ramai. Dari sana mencari tiket ke phi phi island dan mendapatkan open tiket 500 THB, setelah melalui proses tawar menawar. Jika jumlah orangnya banyak, mungkin bisa dapat lebih murah lagi. Membeli di tour agency lebih murah daripada membeli langsung di pelabuhan, karena ada fasilitas penjemputan ke hotel dan ketika pulang dari phi-phi juga diantar ke patong lagi dengan van, tapi bisa juga minta berhenti di Phuket town. Ketika berada di Phuket town, harga tiket ke phiphi 550 THB (roundway). Jadi ya nggak merasa rugilah. Kemudian menyewa motor di hotel, kena 200 THB. Bensin di Thailand lumayan mahal juga. Jika beli eceran 40 THB/ liter. Dengan motor melalanglang buana ke Kata Beach, Karon Beach, Kamala Beach dan Surin Beach. Tapi nggak sempet ke promthep cape. Namun di 4 pantai tersebut sudah sangat ramai, benar-benar jadi lautan bule. Akhirnya ke Leam Sing Beach. Pantainya bagus dan banyak bule, namun tidak seramai di 4 pantai tersebut. Pantai di sini warnanya hijau dan ombaknya tidak besar. Hati-hati jika naik motor, karena jalannya cukup berbahaya, berdasarkan info di lonely planet, tiap tahun ada 600 kecelakaan.

Ada beberapa pusat perbelanjaan di Patong, salah satunya Jungcylon (ada carefournya juga). Banyak juga daerah walking street, dan di sepanjang rat-u-thit, banyak penjual kaki lima. Untuk makan yang murah bisa cari di belakang Jungcylon, ada night market dan bisa makanan dengan harga relatif murah. Alternatif lainnya adalah di 7eleven. Cukup banyak penjual yang bisa bahasa melayu, mungkin karena banyak komunitas muslim disana. Jangan lupa mencoba mangga+sticky rice dan juga som tam (papaya salad). Di Patong bisa melihat beberapa pertunjukan: simon cabaret (lady boy) atau fantasea. karena harga tiketnya mahal, saya tidak jadi nonton. Atau bisa juga nonton thai boxing. untuk pembelian tiket bisa ke tour agency. Jangan lupa nawar ya...


Hari ketiga, pagi-pagi setelah menunggu beberapa saat, akhirnya datang juga van yang menjemput ke phi-phi island. Karena ngantuk, jadi sepanjang perjalanan saya tidur dan tiba-tiba sudah sampai saja di pelabuhan. Kami naik kapal bersama 300 orang lainnya. Perjalanan dari Phuket ke Phi Phi sekitar 4 jam, dan ketika sampai di sana sudah banyak orang menawarkan hotel. Sempat juga ada yang bilang kalau di Phi Phi semua hotel menawarkan 2 malam. Nekat saja, mencari penginapan di sana, dan akhirnya dapat juga. Hotel di Phi Phi mahal-mahal dan sekali lagi karena peak season banyak hotel yang full. Saya menginap di Parichat House (dekat Loh Dalum Bay) dengan harga 700 THB (no bathroom/ share bathroom). Kamarnya mengingatkan saya pada sebuah kos-kosan di Salemba yang sempat saya lihat, karena dindingnya menggunakan anyaman bambu. Selanjutnya dari phiphi menyewa boat untuk putar-putar dan berhenti Maya Bay, waktu itu belum banyak turis, namun semakin siang disana semakin banyak turis. Sempat juga berendam di Maya Bay, dan alhasil jadi terbakar matahari (lesson learnt: jangan lupa bawa sunblock). Untuk t-shirt Phi phi, hanya dijual di phi phi. Jadi jika ingin membeli, belilah di Phi Phi.

Phi Phi di waktu malam, full dengan music, party, bar. Akhirnya saya memutuskan tidur cepat. Pagi-pagi hari bisa pergi ke view point untuk melihat sunrise. Sayang saya nggak sempat melihat tsunami village di sana. Untuk makanan di phi phi sedikit lebih mahal dibanding Patong. Ada banyak paket tour di Phi Phi, misalnya untuk diving atau snorkeling. Snorkeling+sunset view 350 THB. Ada tempat makan yang lumayan enak di Phi-phi, sayang saya lupa namanya. Tom yamnya enak, bisa request yang suka pedas. Sayang nggak punya fresh juice. Ada juga masjid di phi phi.


Untuk kembali ke phuket dengan kapal, harus datang lebih awal jika tidak, tidak kebagian tempat duduk. Kapal yang saya tumpangi lebih kecil dibanding dengan kapal awal, alhasil kapal tersebut penuh sesak dengan penumpang. Dari pelabuhan ke phuket town kurang lebih 45 menit. Saya berhenti di On On hotel (yang menjadi tempat syutingnya the beach). Hotel tersebut berada di kawasan kota tua, dan bangunannya pun juga tua. Jika ingin merasakan menginap di hotel tua, bisa mencoba menginap di On On hotel. Kamarnya cukup murah 250 THB/ malam untuk standard room, sayang tidak ada colokan listriknya. Untuk kamar tanpa bathroom, harganya lebih murah lagi. Saya hanya menginap 1 malam saja di On On hotel, selanjutnya ganti penginapan ke Ana Mansion yang letaknya di dekat Pearl Hotel, harga kamarnya 280 THB, dengan fasilitas TV, fan. Namun sebenarnya bisa dapat kamar lebih murah lagi 200 THB (tanpa TV).

Phuket town cukup kecil, dan bisa dikeliling dengan berjalan kaki saja. Bangunan di lokasi kota tua cukup menarik dengan arsitektur shino-portuguese. Anda bisa berkunjung ke museum post & telecomunication (free) dan juga ke museum phuket (200 THB). Selain itu juga bisa berkunjung ke masjid, yang lokasinya berdekatan dengan gereja dan chinese temple. Ada banyak temple, yang bisa anda kunjungi di Phuket town. Di pagi hari di ranong ada pasar buah-buahan, dan disepanjang jalan itu cukup banyak vegetarian restorant. Di weekend night, ada pasar malam di daerah tersebut, namun sayang saat saya kesana bukan di hari sabtu-minggu.

Sayang saya tidak sempat ke Big Budha. Jika waktu memungkinkan bisa sekalian ke Krabi atau ke James Bond Island.

Foto-foto bisa dilihat di sini

Selasa, 04 Januari 2011


"Very huge." itu komentar saya ketika melihat Angkor Wat. Bagaimana tidak, kompleks Angkor Wat plus hutan-hutan di sekelilingnya luasnya sekitar 400 km2. Beruntunglah, ada tuk-tuk yang menemani, jadi tidak terasa lelahnya mengitari kompleks Angkor Wat. Untuk lebih murahnya, bisa menyewa sepeda dari penginapan ke Angkor Wat (USD 2-3/ hari), kurang lebih 20 menit.

Biaya masuk Angkor Wat cukup mahal, untuk 1 hari USD 20, 3 hari USD 40 dan seminggu USD 60. Saya ambil tour 1 hari. Tiketnya cukup unik karena terpampang foto pengunjung di sana. Ya, sebelumnya harus berfoto dahulu untuk diprint di tiket, so siap-siap bergaya, hehehe.

Angkor Wat yang dibangun pada awal abad XII tersebut didedikasikan pada Raja Suryavarman II dan memiliki gaya Khmer. Ada lebih dari 100 temple di lokasi ini, karena hanya mengambil paket 1 hari, maka saya hanya berkunjung ke temple yang besar dan terkenal saja. Temple yang saya kunjungi adalah (tentu saja) angkor wat, the bayon, ta phrom, elephant terrace. Kalau menurut saya sih, 1 hari juga sudah cukup melihat-lihat Angkor Wat, namun tentu saja ini sangat subjektif.


Angkor Wat mungkin adalah temple terbesar se-Asia. Pada tahun 1992, UNESCO mendeklarasikan Angkor Archaeological Park sebagai world heritage site. Jangan lupa, sempatkan ke Ta Phrom, yang menjadi scene Angelina Jolie's Tomb Raider. Lokasi Ta Phrom tampak seperti hutan-hutan. Dan menariknya adalah akar-akar pohon yang berada di sekitar temple tersebut, yang seakan menunjukkan bagaimana alam menunjukkan eksistensinya.


Membicarakan Angkor Wat, tidak lepas dari anak-anak yang berada di sana. Banyak sekali anak-anak yang mengumpulkan dollar di kawasan ini. Entah menjajakan gelang, t-shirt atau souvenir lainnya. Tidak hanya itu saja, karena di sekitar Angkor Wat banyak rumah-rumah penduduk, tidak jarang anak-anak tersebut berada di lokasi Angkor Wat.